Lulu Trifacilla

Lulu Trifacilla

Selasa, 15 November 2011

Martin Seligman


"Martin Seligman" Teori dan Biografinya
Seberapa lamakah kita terus berada dalam garis ketidaknormalan? jawabannya adalah selalu. Kita terus dihinggapi ketidaknormalan. Ketidaknormalan untuk tidak menyadari bahwa ada kebahagiaan yang lebih luas di dalam kesedihan, ketidaknormalan untuk tidak menyadari bahwa ada ketenangan dalam keletihan kita menjalani kehidupan, ketidaknormalan untuk menentukan pikiran bahwa kita mampu menaklukan masalah dari pada terus merenungi masalah.
Ketidaknormalan termasuk dalam negative pola pikir. Mengapa orang yang mempunyai pola pikir negative dibilang tidak normal ? hal itu selalu dikarenakan kehidupan mempunyai pilihan untuk menjadi normal maupun tidak normal. Selain itu jawaban yang paling tepat adalah apabila kita terus berpikir negative maka berbagai penyakit psikologi dapat hadir dan mencengkram kebahagiaan kehidupan yang harusnya manusia dapatkan.
Sudah lama psikologi selalu dikaitkan dengan ilmu ketidaknormalan atau patogenis. Sudah lama pula ilmu psikologi selalu dikaitkan dengan penyakit kejiwaan. Apakah demikian ? kalau ilmu psikologi ditetapkan pada ranah penyakit psikologi saja bagaimana pula tanggapan Ilmu Psikologi  tentang manusia yang berada dalam kurva normal ? Untung sudah pada tahun 2000 ada seorang revolusioner dunia Psikologi yang mengubah paradigma total dunia psikologi yaitu Martin Seligman.
Martin Seligman seorang tokoh yang mampu mengubah cara pandang dan cara berpikir para psikolog dunia. Ia membuat semua psikolog harus berpikir ulang tentang pola pemikir sang psikolog sendiri bukan pasiennya. Ia membuat buku psikologi lebih laris dibaca dan dapat membuat psikologi mempunyai ruang tersendiri di perbagai forum terbuka. Apa yang ia bawa ? ia hanya menembus dunia dengan mengubah Negative Psychology menjadi Positive Psychology. Martin Seligman terkenal dengan nama “Father Of Positive Psychology” dikarenakan pemikirannya tersebut.


Berikut Biografi singkat serta teori Martin Seligman yang dapat dihimpun :
Martin Seligman lahir pada tanggal 12 Agustus 1942 di Albany New York Amerika Serikat. Setelah lulus SMA ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Princeton dan lulus pada tahun 1964. Martin Seligman menikah dengan Mandy McCarthy dan terus bersama hingga kini. Pasangan itu dikaruniai enam orang anak yaitu Amanda, David, Lara, Nicole, Darryl, dan Carly.  Seligman mendapatkan Master Ph.D. pada tahun 1967 di Universitas Pennsylvania. Awal karirnya bermula saat ia menjabat asisten professor di Universitas Ithaca, New York. Seligman memulai penelitian dibidang teori tentang pembelajaran ketidakberdayaan, pembelajaran perilaku pesimis, dimana ia memimpin penemuan untuk bidang pengobatan dan pencegahan dari depresi. Dalam penelitiannya di bidang pesimisme dan depresi ia menemukan dan memasukan ide baru yaitu optimisme.
Inilah awal mulanya ia menaruh dan menentukan ranah baru dari Psikologi. Pada tahun 1980 Seligman telah memperoleh jabatan sebagai pemimpin dari program pelatihan klinis di departemen psikologi universitas Pennsylvania sampai 14 tahun. pada rentang waktu yang sama ia berhasil memperoleh penghargaan dari akademi pelatihan  USA sebagai Praktisi Pembharuan dan pada tahun itu juga ia berhasil menggondol pengharagaan dari A.P universitas Pennyslavania sebagai tokoh pembahuruan yang memberikan kontribusi untuk pengetahuan dan pelatihan. Selain itu ia juga berhasil menerima penghargaan lain selama karirnya. Pada penelitiannya ia menggabungkan beberapa aspek dalam psikologi yaitu depresi, ketidakberdayaan, perilaku sosial dan depresi pada anak-anak. Berbagai institusi memberikan dukungan untuk seligman dalam penelitiannya dan menulis baik nasional maupun internasional. Selain itu ia berhasil menggondol penghargaan MERIT untuk penelitiannya dalam bidang depresi di tahun 1991.
Pada tahun 1995 ia berkampenye dalam pemilihan presiden A.P.A. setelah itu ia memenangi Pemilihan tersebut pada tahun 1996 dengan perolehan suara terbesar sepanjang sejarah pemilihan tersebut. Tujuan utamnya sebagai presiden A.P.A adalah untuk penggabungan pelatihan dengan iilmu pengetahuan secara bersama-sama sehingga kedua cabang tersebut dapat berkembang. Martin Seligman juga menetapkan Happiness atau kebahagiaan sebagai tujuan yang paling utamanya. Martin Seligman merasa bahwa psikologi membutuhkan jalan alternative untuk pengobatan bukan hanya perilaku negative dan penyakit jiwa.
Presiden Seligman telah mempublikasikan 20 buku dan 200 artikelnya berkaitan dalam psikologi personality serta motivasi. Beberapa bukunya yang terkenal yaitu learned optimism, what your change and what your cant, the optimistic child dan authenthic happiness. Bukunya sendiri telah menjadi bestseller untuk daerah USA dan sekitarnya. Selain itu buku-buku ciptaannya telah terjemahkan ke dalam 16 bahasa serta ia menerima berbagai macam penghargaan untuk karya tulisanya tersebut. Dalam berbagai rentang waktu Martin Seligman telah menjadi tajuk Utama pemberitaan New York Times, Time, Fortune dll. Majalah-majalah popular tersebut mengambil focus utama tentang teori Seligman yang secara langsung terelasi dengan semua orang setiap harinya. Dimana teori Martin Seligman membuat dunia dan orang menjadi lebih bahagia, optimis serta nyaman dalam berbagai keadaan.
Depresi menurut Martin Seligman learned hardness yaitu ketika seseorang mengalami pengalaman negative. Hal tersebut seperti ketika dihadapkan dengan stress dan rasa kesakitan yang panjang, mereka akan lebih mungkin mengalami depresi. Depresi akan terjadi setelah suatu peristiwa negative dimana individu menjelaskan peristiwa tersebut dengan atribusi yang menyalahkan diri sendiri. Mereka menyalahkan diri sendiri karena menjadi penyebab peristiwa tersebut. Dengan model penjelasan seperti ini akan menghasilkan ekspetasi bahwa tidak ada perilaku yang dapat dilakukan untuk mengontrol hasil dari peristiwa yang sama dimasa yang akan datang, yang menyebabkan ketidakberdayaan, tidak ada harapan, sikap pasif dan depresif.
 Psikologi Positif a la Seligman berangkat dari premis bahwa manusia itu “pada dasarnya happy” dan ilmu psikologi hadir sekedar untuk menguatkan perasaan positif itu). Pertanyaan sekarang adalah ini : bagaimana kita bisa mengetahui apakah kita orang optimis atau pesimis? Dalam buku ini, Seligman menguraikan jawabannya. Menurut dia, elemen optimisme bisa ditebak dari cara kita menjelaskan kejadian (baik kejadian buruk atau baik) yang menimpa diri kita. Disini kita dikenalkan dengan dua tipe penjelasan.
Tipe penjelasan yang pertama adalah : Permanence. Orang yang pesimis selalu menjelaskan peristiwa buruk yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang cenderung permanen (misal : bos saya selalu menyalahkan saya; atau  saya tidak pernah berhasil menjadi entrepreneur; atau  saya tidak akan pernah bisa lulus tes asesmen; dst. ). Kalimat “selalu” atau “tidak pernah” adalah sesuatu yang permanen; dan orang pesimis cenderung suka menggunakan kalimat itu (baik secara terbuka atau dalam hati).
Sebaliknya orang optimis akan memandang kejadian buruk (bad events) yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang bersifat temporer (misal : hari ini bos saya lagi bad mood; atau bos saya marah kalau saya terlambat menyelesaikan laporan; atau saya tidak berhasil dalam bisnis karena salah memilih lokasi toko; dst).  Contoh kalimat yang bersifat temporer semacam ini membuat orang bisa melihat kejadian buruk sebagai sesuatu yang bersifat sementara — bukan permanen — dan bisa dihindari di masa mendatang.
Tipe penjelasan yang kedua adalah : Pervasiveness. Orang yang pesimis cenderung memberikan penjelasan yang menggeneralisir (pervasive) atas bad events yang ada di sekeliling mereka (misal : semua bos disini bermain office politics; atau semua peraturan di perusahaan ini tidak fair; semua buku motivasi itu isinya hanya sampah; dan beragam kalimat sejenisnya). Pervasive artinya kita menggeneralisasi akan sesuatu peristiwa atau kejadian.
Sebaliknya, insan yang optimis akan memberikan penjelasan yang bernada spesifik (bukan pervasive dan generalisasi), misalnya seperti : Bos di bagian keuangan itu melakukan office politics; ada peraturan di bidang uang lembur yang tidak fair; atau buku motivasi yang sedang saya baca sekarang ini isinya tidak bagus. Penjelasan yang bersifat spesifik — dan bukan generalisasi — membuat kita bisa melihat bahwa sesungguhnya tidak semua dimensi dalam suatu kejadian/peristiwa itu merugikan. Pasti masih ada celah positif di balik beragam dimensi lainnya.
Menurut Prof. Seligman, ada tiga cara untuk bahagia:
1. Have a Pleasant Life (life of enjoyment):
      Milikilah hidup yg menyenangkan, dapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. ini mungkin cara yg ditempuh oleh kaum hedonis. tapi jika ini cara yg kita tempuh, hati2 dengan jebakan hedonic treadmill (= semakin kita mencari kenikmatan, semakin kita sulit dipuaskan) dan jebakan habituation (kebosanan karena terlalu banyak, misalnya; makan es krim pada jilatan pertama sangat nikmat, tapi pada jilatan keduapuluh, kita jadi pengin muntah). tapi pada takaran yg pas, cara ini bisa sangat membahagiakan.
2.   Have a Good Life (life of engagement):
      Dalam bahasa aristoteles disebut eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yg membuat kita mengalami "flow". merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan2 waktu berhenti bergerak, kita bahkan tidak merasakan apapun, karena sangat "khusyu'". fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly Csikzentmihalyi. dan memberikan 7 ciri2 kita dalam kondisi flow:
a)      Sepenuhnya terlibat pada apa yg kita lakukan (focused, concentrated, khusyu')
b)      Merasakan "a senses of ecstasy" (seperti berada di luar realitas sehari-hari)
c)      Memiliki "kejernihan yg luar biasa" (benar2 memahami apa yg harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya)
d)      Menyadari bahwa tantangan pekerjaan yg sedang ia hadapi benar2 dapat ia atasi (bahwa skill yg kita miliki cukup memadai untuk mengerjakan tugas tersebut)
e)      Merasakan "kedamaian hati" ( tidak ada kekhawatiran dan merasakan diri kita sedang bertumbuh melampaui ego kita sendiri)
f)       Terserap oleh waktu (karena khusyu' mengerjakan dan benar-benar terfokus pada "saat ini dan disini", waktu seakan2 berlalu tanpa terasa)
g)      Motivasi Intrinsik (dimana merasakan "flow" itu sendiri sudah merupakan hadiah yg cukup berharga untuk melakukan pekerjaan itu)
3. Have A Meaningful Life (life of Contribution) :
            Milikilah semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau mahluk lain. menjadi bagian dari organisasi atau kelompok , tradisi atau gerakan tertentu. merasa hidup kita memiliki "makna" yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendiri.


Daftar Pustaka :